Harry Halim Bicara Tren Fashion 2026 di Tengah Tantangan Sustainability

Fashion2 Views

Harry Halim Bicara Tren Fashion 2026 di Tengah Tantangan Sustainability Nama Harry Halim sudah lama dikenal sebagai salah satu desainer Asia yang menembus panggung mode internasional. Gayanya yang berani, eksperimental, dan penuh karakter membuatnya menjadi sorotan berbagai fashion week di dunia. Menjelang 2026, Harry kembali mengemuka melalui pandangannya tentang arah fashion global di tengah isu sustainability yang semakin mendesak. Ia bukan hanya desainer, tetapi sosok yang memahami bahwa dunia mode tidak bisa lagi berjalan tanpa kesadaran lingkungan.

“Dunia fashion bergerak cepat, tetapi bumi tidak ikut mempercepat penyembuhannya. Itulah sebabnya percakapan tentang sustainability menjadi semakin penting.”

Pandangan Harry Halim tentang tren 2026 memberikan gambaran bagaimana industri mode mencoba mencari titik seimbang antara kreativitas, daya tarik komersial dan tanggung jawab ekologis.


Dunia Fashion 2026 yang Lebih Eksperimental namun Terkendali

Harry melihat bahwa tahun 2026 akan menjadi titik peralihan. Para desainer akan semakin berani mengambil risiko dalam eksplorasi bentuk dan tekstur, namun tetap berada dalam batasan yang berkelanjutan. Eksperimen yang dulu identik dengan pemborosan material kini mulai mencari cara yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Menurutnya, fashion 2026 menjadi ruang penciptaan yang penuh paradoks. Di satu sisi, publik menginginkan inovasi segar. Di sisi lain, tuntutan untuk menjaga bumi membuat industri mode harus menahan diri dalam penggunaan material.

“Saya merasa 2026 akan penuh kejutan. Desainer akan memamerkan kreativitas maksimal tetapi dengan kesadaran minimal waste.”

Tren eksperimental tetap hadir, namun bukan lagi dalam bentuk yang boros. Kini kreativitas diuji melalui efisiensi.


Material Ramah Lingkungan yang Jadi Sorotan

Dalam wawancaranya, Harry menyebut bahwa salah satu fokus utama tren mode 2026 adalah bahan yang berkelanjutan. Namun bukan sekadar organik, melainkan material inovatif yang dihasilkan dari teknologi baru. Ia mencontohkan kulit vegan berbahan jamur hingga kain sintetis dari limbah plastik yang sudah diolah agar lebih tahan lama dan lebih estetis.

Teknologi material menjadi kunci penting bagi para desainer masa depan. Tidak sekadar memilih bahan yang ramah lingkungan, tetapi memastikan bahan tersebut tetap memiliki kualitas visual yang menarik dan kuat untuk produksi massal.

“Bahan bahan baru ini memungkinkan desainer tidak lagi merasa terjebak antara estetika dan etika.”

Keberadaan material inovatif membuat ruang kreasi menjadi lebih luas tanpa merusak lingkungan.


Fokus pada Siluet Humanistik

Harry Halim mengatakan bahwa tren fashion 2026 juga bergerak ke arah siluet yang lebih membumi dan humanistik. Sebelumnya dunia mode banyak didominasi oleh bentuk yang futuristik dan ekstravaganza. Namun kini desainer kembali melihat tubuh manusia sebagai pusat inspirasi.

Siluet longgar, flowy, dan nyaman akan mendominasi panggung. Namun bukan berarti mode menjadi sederhana. Justru permainan layering dan struktur akan menciptakan bentuk yang tetap dramatis tetapi mudah dipakai.

“Fashion tidak boleh menjadi benda yang hanya bagus dilihat di runway tetapi tidak bisa dipakai manusia di dunia nyata.”

Human-centric design menjadi fondasi bahwa pakaian harus estetis sekaligus fungsional.


Palet Warna Bumi dan Warna Teknologi yang Bertabrakan

Harry menyebut bahwa salah satu hal menarik di tahun 2026 adalah pertemuan dua dunia: warna warna alam dengan warna teknologi. Ada palet tanah seperti terracotta, olive, dan sand yang bertemu dengan warna neon, digital blue, dan metallic lilac.

Pertemuan ini melambangkan dua identitas manusia modern. Satu sisi ingin lebih dekat dengan bumi, sisi lainnya tidak bisa dilepaskan dari teknologi. Palet semacam ini menghadirkan kontras yang harmonis pada koleksi koleksi terbaru.

“Ketika bumi dan teknologi bertemu dalam palet warna, fashion terasa seperti dialog masa depan yang lebih jujur.”

Kombinasi ini memungkinkan desainer untuk tampil modern tanpa meninggalkan kesan natural.


Rework Fashion yang Tetap Mendominasi

Tren rework atau upcycling disebut Harry sebagai salah satu gerakan kreatif yang tidak akan hilang dalam waktu dekat. Tahun 2026 menurutnya akan menjadi masa di mana rework justru memasuki level lebih tinggi. Bukan hanya untuk fashion indie, tetapi juga label besar.

Rework tidak lagi dipandang sebagai solusi darurat untuk memanfaatkan sisa bahan. Kini rework menjadi ekspresi seni yang menonjolkan keunikan dan keterampilan teknis. Desainer bisa menggabungkan potongan kain lama, produk deadstock dan elemen vintage menjadi satu bentuk baru yang eksklusif.

“Saya selalu percaya bahwa rework adalah seni yang menceritakan perjalanan material dari masa lalu menuju masa depan.”

Gerakan ini menjadi bukti bahwa kreativitas tidak harus selalu mengambil yang baru.


Tantangan Besar bagi Para Desainer Muda

Harry juga bicara tentang banyaknya tantangan bagi desainer muda yang ingin berkarya dengan pendekatan sustainability. Menurutnya, industri mode global sebenarnya terus mendorong desainer muda untuk lebih ramah lingkungan, tetapi realitasnya tidak mudah. Bahan ramah lingkungan sering kali lebih mahal, proses produksi membutuhkan teknologi tinggi dan akses jaringan sering kali terbatas.

Banyak desainer muda akhirnya harus berjuang keras untuk mempertahankan idealisme tanpa kehilangan peluang komersial. Harry menekankan pentingnya kolaborasi lintas industri agar para kreator baru bisa berkembang.

“Tantangan paling berat bagi desainer muda adalah bertahan dalam idealisme tanpa kehilangan kesempatan untuk bertahan hidup.”

Ia mendorong adanya ekosistem yang memfasilitasi produksi berkelanjutan dengan harga terjangkau.


Fashion Influencer Mulai Berperan dalam Sustainability

Harry melihat bahwa tren 2026 tidak hanya digerakkan oleh desainer, tetapi juga influencer fashion yang semakin sadar lingkungan. Influencer kini tidak hanya mempromosikan pakaian baru, tetapi juga menunjukkan cara merawat pakaian agar tahan lama, cara mix and match tanpa membeli barang baru dan rekomendasi brand yang benar benar menerapkan praktik ekologis.

Perubahan ini terjadi karena audiens semakin kritis. Mereka tidak ingin hanya melihat estetika, tetapi juga dampak yang dihasilkan.

“Influencer yang bijak adalah yang mengajari publik untuk memakai lebih lama, bukan membeli lebih banyak.”

Peran influencer akan menjadi faktor besar yang membentuk kebiasaan belanja generasi muda.


Koleksi Haute Couture dan Sustainability yang Saling Berdekatan

Haute couture selama ini terkenal sebagai dunia yang sangat eksklusif dan sering tidak terkait konsep ramah lingkungan. Namun Harry Halim mengatakan bahwa tren 2026 mungkin menjadi titik balik. Beberapa rumah mode besar mulai melakukan eksplorasi material eco-luxury dan proses produksi dengan limbah minimal.

Koleksi couture yang dulu hanya mementingkan keindahan kini mulai memperhatikan perjalanan material dan cerita dari setiap karya. Hal ini membuat fashion kelas atas semakin manusiawi dan relevan dengan isu masa kini.

“Ketika haute couture berbicara tentang keberlanjutan, itu berarti seluruh industri sedang bergeser.”

Transformasi ini akan mengubah bagaimana publik melihat busana mewah.


Panggung Fashion Global yang Semakin Hybrid

Perubahan besar juga terjadi pada presentasi runway. Menurut Harry, panggung fashion 2026 akan lebih banyak menggunakan konsep hybrid. Ada fashion show fisik dengan sentuhan digital, augmented reality dan mixed reality yang memungkinkan penonton melihat detail busana melalui layar atau perangkat interaktif.

Konsep ini bukan hanya tren sementara. Format hybrid membuat panggung mode lebih inklusif karena dapat diakses dari seluruh dunia tanpa harus hadir langsung. Selain itu, acara digital mengurangi jejak karbon karena lebih sedikit mobilitas dan pengiriman produk.

“Fashion show hybrid terasa seperti ruang imajinasi yang tidak terbatas.”

Kombinasi antara fisik dan digital menghadirkan panggung yang lebih dinamis.


Pergeseran Cara Belanja Masyarakat Dunia

Tren fashion 2026 juga akan dipengaruhi perubahan kebiasaan belanja. Konsumen kini lebih selektif dan tidak mudah terpengaruh tren cepat. Mereka ingin pakaian yang memiliki nilai lebih lama, baik dari segi estetika maupun ketahanan material.

Selain itu, belanja online semakin matang dengan teknologi AI yang membantu personalisasi gaya. Konsumen dapat mencoba pakaian secara digital sebelum membeli. Sistem seperti ini membantu mengurangi pemborosan karena produk yang tidak sesuai tidak lagi dikirim balik dalam jumlah besar.

“Ketika teknologi membantu konsumen memilih dengan lebih bijaksana, fashion menjadi lebih manusiawi.”

Perubahan ini akan membuat pasar fashion lebih stabil dan tidak lagi bergantung pada fast fashion.


Fashion Lokal Indonesia dalam Kacamata Harry Halim

Harry juga menyinggung posisi fashion Indonesia dalam lanskap global. Ia mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar, terutama dalam material alami, tenun, dan teknik craft yang kuat secara budaya. Namun tantangan sustainability juga berlaku di industri lokal.

Para desainer Indonesia diharapkan mampu memanfaatkan kekayaan budaya tanpa mengeksploitasinya secara berlebihan. Upcycling bahan tradisional, eksplorasi warna alami, dan kolaborasi dengan perajin lokal akan menjadi tren penting di level nasional.

“Saya melihat masa depan fashion Indonesia bukan hanya dari keindahan kainnya, tetapi dari bagaimana kain itu dibuat.”

Ini menjadi momentum untuk memperkuat identitas mode Indonesia yang lebih relevan dan bertanggung jawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *